Kisah inspiratif yang akan saya ceritakan dibawah ini merupakan kisah nyata dari salah satu client saya, Sebut saja namanya Pak Ali.
*Cerita ini sudah mendapat persetujuan dari yang bersangkutan dan dalam kisah ini nama klien saya samarkan dengan nama Pak Ali (bukan nama sebenarnya), begitu juga tidak saya ceritakan rinci masalahnya karena permintaan dari klien.
Kala itu Pak Ali ingin sekali bisa merubah sifat ibunya.
Kemudian Pak Ali mulai bercerita masalahnya di rumah,
Pak Ali tinggal di rumah kecil di jogja bersama Ibu dan adik perempuannya, Pak Ali sudah menikah dan memiliki satu orang anak laki-laki begitupula adik perempuannya juga memiliki satu orang anak laki-laki yang sama-sama berusia 3 tahun.
Pak Ali tinggal di rumah kecil di jogja bersama Ibu dan adik perempuannya, Pak Ali sudah menikah dan memiliki satu orang anak laki-laki begitupula adik perempuannya juga memiliki satu orang anak laki-laki yang sama-sama berusia 3 tahun.
Pak Ali akhirnya bercerita bahwa Ibunya pilih kasih terhadap cucu nya dan yang lebih diperhatikan adalah cucu dari adiknya Pak Ali. Justru anaknya Pak Ali cenderung lebih sering di cuekin dan di bentak oleh neneknya.
Pak Ali pun menyadari bahwa dia tidak sempurna, dia memiliki kekurangan di masa lalunya sehingga dia sadar betul bahwa perilaku Ibunya adalah emosi yang tersimpan di masa lalu. Namun, hati Pak Ali tetap ada perasaan tidak terima atas perlakuan ibunya. Karena menurut dia, dirinya sudah banyak berubah dan memperbaiki hubungan kepada ibunya namun kebaikan yang diberikan selalu ditolak oleh sang ibu.
Hingga pernah suatu saat ketika Pak Ali pulang kerja membawakan roti bakar kesukaan sang ibu namun roti bakar ini dibiarkan tidak dimakan sampai pagi harinya, dan berbagai kisah lainnya.
Kemudian kami berbincang-bincang,
Saya : Pak Ali sayang kepada Ibunya?
Pak Ali : Tentu sayang Pak, Kalau tidak sayang sudah saya tinggal ibu saya!
Saya : Kenapa Pak Ali mengatakan "Kalau tidak sayang sudah saya tinggal ibu saya" ?
Saya : Kenapa Pak Ali mengatakan "Kalau tidak sayang sudah saya tinggal ibu saya" ?
Pak Ali : Jujur pak, Saya tidak kuat menangani Ibu saya yang semaunya sendiri.
Saya : Kenapa Ibu Pak Ali semaunya sendiri?
Pak Ali : Mungkin karena sudah tua pak, jadi hatinya keras dan ga mau memaafkan
Pak Ali : Mungkin karena sudah tua pak, jadi hatinya keras dan ga mau memaafkan
kesalahan masa lalu saya
Saya : Apakah Pak Ali bersedia memaafkan Ibu karena sudah tua?
Saya : Apakah Pak Ali bersedia memaafkan Ibu karena sudah tua?
Pak Ali : Tentu bersedia pak, beliau kan ibu saya.
Saya : Kalau begitu Pak Ali juga bersedia meminta maaf kepada Ibunya atas
kesalahan masa lalunya?
Pak Ali : Bersedia Pak
Saya : Baik Pak Ali, karena bapak bersedia, sekarang coba ambil HPnya..
Pak Ali : (Merogoh saku dan mengambil HPnya)
Pak Ali : (Merogoh saku dan mengambil HPnya)
Saya : Pak Ali silahkan untuk menelpon Ibu kemudian berterimakasihlah, minta
maaflah lalu ungkapkan perasaan bapak kepada Ibu lalu Doakan kesehatan
beliau.
Pak Ali pun menelepon Ibunya sambil menangis, kemudian Pak Ali berterima kasih atas kebaikan dan perhatian ibunya, lalu meminta maaf atas setiap kesalahannya, lalu Pak Ali juga mengungkapkan betapa sayangnya dia kepada Ibu dan sebelum menutup teleponnya Pak Ali mendoakan Ibu untuk selalu sehat.
Sebelum Pak Ali pulang, saya berpesan untuk membelikan sesuatu yang disukai oleh ibunya, ketika memberikan ulangi lagi kata-kata di telpon tadi dan membiasakan untuk mengungkapkan rasa sayang itu kepada ibunya. Dan beliaupun setuju untuk melakukannya.
Seminggu telah berlalu tiba-tiba Pak Ali menelpon dan bercerita perubahan Ibunya seminggu ini. Sejak kejadian itu Ibunya langsung berubah, Pak Ali juga bercerita pada malam harinya Ibunya mengajak makan malam bersama dan membelikan anaknya Pak Ali baju bola.
Pak Ali sangat senang keluarganya telah rukun kembali, dan semoga selamanya seperti ini.
Note, terkadang manusia membutuh tindakan dan cara untuk melepaskan emosinya. dalam kejadian ini kedekatan emosional antara Pak Ali dan Ibu tercipta ketika tangisan telah keluar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar